Senin, 11 November 2013

AMANAT PRESIDEN SUKARNO DI DEPAN PARA PRAMUKA TANGGAL 14 AGUSTUS 1961



AMANAT PRESIDEN SUKARNO DI DEPAN PARA PRAMUKA
TANGGAL 14 AGUSTUS 1961



Gerakan Pramuka sebagai anak kandung revolusi yang menjadi milik seluruh Bangsa Indonesia dan yang mendapat tuga membangun manusia baru yang ber-Pancasila, pada tanggal 14 Agustus 1961 dengan resmi diperkenalkan kepada seluruh rakhat Indonesia secara simbolis, dengan “Pawai Perkenalan” di hadapan PYM Presiden/Pramuka Tertinggi di muka Istana Merdeka Jakarta dan dengan diikuti demonstrasi-demonstrasi kegiatan di Stadion Ikada (Lapangan Monas, sekarang) – Jakarta.
Pada peristiwa bersejarah itu PYM Presiden memberikan amanat kepada seluruh warga Gerakan Pramuka yang akan memikul tanggung jawab terlaksananya cita-cita bangsa Indonesia.


(Disadur oleh Rochman Setyawan dari buku Pedoman Gerakan Pramuka, PN.Pertjetakan Negara RI. Djkt.154.B-’63 hal 59 – 65, huruf disesuaikan dengan EYD; mohon maaf jika ada kesalahan ketikan.)


 Anak-anakku sekalian.
Sukar bagi saya untuk melukiskan terharunya hati saya, terharu melihat kamu sekalian berdiri di hadapan saya sebagai “wakil-wakil” daripada Gerakan Pramuka yang pada hari-hari sekeliling 17 Agustus 1961 ini berada atau dikirim ke Jakarta. Saya katakan “wakil-wakil” sebab saya mengetahui bahwa di luar Jakarta ini masih banyak sekali pemuda-pemudi Pramuka yang sudah barang tentu semuanya bisa hadir di Jakarta pada hari-hari dekat 17 Agustus 1961 ini. Apa sebab saya terharu? Saya terharu oleh karena saya teringat pada Amanat Penderitaan Rakyat.
Apa itu, Amanat Penderitaan Rakyat? Amanat Penderitaan Rakyat adalah suatu amanat yang diberikan oleh rakyat kepada kita yang masih hidup sekarang ini, yaitu amanat agar supaya apa yang mereka deritakan hendaknya kita usahakan agar supaya menjadi satu kenyataan. Saya katakan tadi: apa yang mereka deritakan, sebab memang rakyat Indonesia itu di masa-masa yang lampau telah banyak sekali menderita, banyak sekali mempersembahkan korbanan-korbanan yang hebat di atas persada Ibu Pertiwi. Untuk apa? Tak lain tak bukan ialah mereka menderita dan mereka memberi korbanan-korbanan itu, agar supaya mereka bisa hidup, pertama di dalam satu Negara yang bebas dan merdeka, kedua agar supaya mereka hidup bahagia di dalam negaranya sendiri yang bebas merdeka itu. Saya ulang: pertama dus merdeka telah menderita, menderita dengan macam-macam penderitaan. Ada yang menderita dimasukkan dalam penjara, ada yang menderita didrel mati, ada yang menderita dibakar rumahnya sendiri di dalam peperangan gerilya, ada yang menderita kehilangan anaknya atau suaminya, ada yang menderita harta-bendanya habis. Ludes di dalam revolusi. Tetapi mereka menderita itu dengan satu keyakinan yang teguh, bahwa nanti pada satu hari, apa yang mereka deritakan dan apa yang mereka korbani itu akan menjadi satu kenyataan. Yaitu sebagai tadi saya katakan, pertama agar supaya tanah airnya ini, bangsanya ini menjadi satu tanah air dan bangsa yang merdeka, bebas, dihormati oleh seluruh manusia di muka bumi; kedua, agar supaya mereka, rakyat Indonesia itu, hidup di dalam satu masyarakat yang memberi kebahagiaan kepada mereka.
Di dalam istilah kita sekarang : satu masyarakat yang adil dan makmur. Nah, ini anak-anakku sekalian yang membuat hati saya terharu, oleh kita, jikalau kita memang benar-benar pada waktu sekarang ini merasa diri kita ini pemuda dan pemudi Indonesia, dan bagi kami yang tua ini, merasa bahwa diri kami itu adalah – diri kami, orang-orang tua – semuanya bertanggung jawab atas terlaksananya amanat yang diberikan oleh rakyat kepada kita dengan penderitaannya itu, jikalau benar-benar kita, baik pemuda-pemudi maupun orang-orang tua merasakan dengan sedalam-dalamnya perasaan bahwa pertanggungan-jawab adalah di dalam kalbu kita dan bahwa pertanggungan-jawab itu adalah di atas pundak kita, maka Insya Allah S.W.T, apa yang dideritakan oleh rakyat, apa yang dikorbankan oleh rakyat, yaitu amanat penderitaan rakyat itu akan bisa menjadi suatu kenyataan di dalam waktu yang singkat. Karena apa saya terharu ingat kepada amanat penderitaan rakyat, pada waktu saya berhadapan dengan kamu sekalian? Saya terharu ingat kepada amanat penderitaan rakyat pada waktu saya berhadapan dengan kamu sekalian, oleh karena di wajahmu-lah saya melilhat hari kemudian Indonesia. Jikalau aku memandang akan wajahmu, maka sebenarnya aku tidak lagi melihat muka kanak-kanak, muka manusia-manusia, tetapi aku melihat wajah bangsa Indonesia di kemudian hari, wajah rakyat Indonesia di kemudian hari, rakyat Indonesia yang hidup bahagia, rakyat Indoensia yang tidak ada lagi yang kelaparan, rakyat Indonesia yang semuanya cerdas, rakyat Indonesia yang ber-rumah layak, rakyat Indonesia yang merasa berbahagia hidup di dalam tanah air Indonesia, rakyat Indonesia yang bisa merasa bangga bahwa tanah airnya adalah tanah air yang merdeka, rakyat Indonesia yang mempunyai Republik yang dihormati oleh seluruh bangsa-bangsa di dunia ini, rakyat Indonesia yang mempunyai bendara Sang Merah-Putih yang bukan saja dihoramti oleh dia sendiri, rakyat Indonesia, tetapi juga dihormati oleh seluruh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Nah, ini yang terbayang di hadapan khayal mataku, anak-anakku sekalian. Maka oleh karena itulah Bapak terharu waktu Bapak melihat wajah-wajahmu.
Tinggal aku sekarang menanya padamu sekalian, yang di wajahmu itu aku melihat hari kemudian Indonesia, pemenuhan dari pada amanat penderitaan rakyat Indonesia yang merdeka bebas, Indonesia yang bahagia. Aku bertanya kepadamu, sekali lagi yang di atas wajahmulah aku melihat kebahagiaan di kemudian hari itu : Apakah engkau sekalian merasa benar-benar bahwa engkau sekalian adalah hari kemudian Indonesia? Bahwa engkau sekalian memikul tanggung jawab bagi hari kemudian, bahwa engkau sekalian sebenarnya penyelenggara daripada Amanat Penderitaan Rakyat? Saya kira kamu mempunyai keyakinan dan rasa yang demikian itu, sebab kamu masuk di dalam Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka ini dengan sengaja diadakan untuk menyelenggarakan amanat penderitaan rakyat, dan sebagai tadi Bapak katakan anggota-anggota bapak-bapakmu, ibu-ibumu, yang menjadi anggota-anggota Majelis Pimpinan Nasional daripada Gerakan Pramuka, sebagai tadi saya katakan : Bangsa yang ingin membangun, bangsa yang ingin mempunyai masyarakat yang adil dan makmur, bangsa yang ingin memberikan kebahagiaan kepada dirinya sendiri, hanya bangsa yang mempersiapkan pemuda-pemudinya mengikut-sertakan pemuda dan pemudinya di dalam pembangunan, bangsa yang demikian itulah pasti akan mencapai apa yang dicita-citakan.
Engkau sebagai pemuda-pemudi barangkali telah mendengar dan mengetahui, bahwa kita ini sedang menjalankan satu perjuangan yang maha hebat, yang membangunkan kekaguman daripada seluruh dunia, yang membuat mata dunia ditujukan kepada Indonesia, yaitu perjuangan maha hebat di lapangan politik dan di lapangan sosial. Di lapangan politik untuk memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik dan kita telah bertekad untuk memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik. Di dalam lapangan sosial untuk mendirikan satu masyarakat adil dan makmur, atau di dalam istilah sekarang dinamakan  sosialis Indonesia, Sosialisme Indonesia. Satu masyarakat yang adil dan makmur, satu masyarakat yang memberi kebahagiaan kepada semua anggota bangsa Indonesia. Satu masyarakat yang tiada kemiskinan di dalamnya, satu masyarakat yang semua orang hidup dengan bisa memenuhi segala kebutuhan hidup. Perjuangan yang maha hebat ini sedang kita jalankan. Tetapi, sebagaimana juga perjuangan di lapangan politik : dulu membebaskan Indonesia daripada cengkeraman asing, sekarang di hadapan kita masih membebaskan Irian Barat daripada cengkeraman asing pula; manakala sebagaimana di lapangan politik itu tidak bisa begitu saja jatuh dari langit sebagi air embun di waktu malam, tetapi harus kita perjuangkan, harus kita perjuangkan dengan memeras kita punya tenaga, memeras kita punya keringat; membajakan kita punya tekad di dalam kalbu kita ini, perjuangan yang demikian itu harus kita jalankan, sebab tidak ada satu bangsa yang bisa mencapai kemerdekaan tanpa perjuangan. Sebagaimana di lapangan politik kita harus berjuang membanting tulang, memeras kita punya tenaga, maka di lapangan sosial pun kita harus berjuang, membanting tulang, memeras kita punya tenaga. Juga masyarakat yang adil dan makmur tidak jatuh begitu saja dari langit seperti air embun di waktu malam. Teapi kita semua harus bekerja, membanting kita punya tulang, memeras kita punya tenaga, menyelenggarakan masyarakat yang adil dan makmur itu. Dan penyelenggaraan ini tidak hanya bagian daripada Bung Karno atau Pak Sultan atau daripada Bapak-bapak tua yang lain, daripada pemimpin-pemimpin di daerah, daripada orang-orang yang sudah dewasa. Tidak ! sebagai tadi saya katakan, hanya bangsa yang sudah mengikut-sertakan pemuda dan pemudinya, mempersiapkan pemuda-pemudi untuk pembangunan, bangsa yang demikian itulah bisa mendatangkan satu masyarakat yang adil dan makmur.
Nah, untuk itu diadakan Gerakan Pramuka, anak-anakku sekalian. Untuk itu diadakan Gerakan Pramuka. Engkau dipersiapkan untuk pembangunan semesta yang sehebat-hebatnya. Engkau dipersiapkan menjadi warga-negara Republik Indonesia yang setinggi-tingginya, nilai dan mutu. Karena itu engkau sebagai anggota Pramuka harus benar-benar merasa tanggung jawab itu. Tadi aku beri panji kepada Gerakan Pramuka. Namanya saja lambang Kehormatan. Sudahkah engkau menerima panji ini sebagai  Lambang Kehormatan? Bukan sekedar secarik kain dicoret-coret di atasnya, tetapi Lambang Kehormatan! Sehingga engkau jikalau ada orang menanya kepadamu : Hai engkau pemuda apa, hai engkau pemuda apa; jawablah : Aku pemuda-pemudi Pramuka, adalah satu jawab kehormatan, barulah engkau benar-benar mempunya jiwa Pramuka yang semulia-mulianya.
Yang kecil-kecil di antara kau, di antara kau yang masih kecil, sekolahlah, belajarlah sebaik-baiknya, menjadilah murid-murid yang cakap dan pandai.
Yang lebih besar; persiapkan dirimu untuk mengetahui segala garis-garis besar daripada pembangunan. Yang paling besar pula, antara 17 dan 20 tahun, di bidangmu sendiri-sendiri, ikutlah di dalam pembangunan ini! Itu corak daripada Gerakan Pramuka. Engkau bukan lagi Pandu biasa. Engkau adalah Pramuka. Jaman dahulu, jikalau menjadi pandu, jadilah asal bisa berbaris, jaman dahulu menjadi pandu ya asal bisa mengikat tali. Jaman dahulu pandu asal bisa membuat api unggun. Jaman dahulu jadi pandu asal bisa yell. Sekarang lebih daripada itu, hai anak-anakku sekalian. Engkau sebagai Pramuka dipersiapkan untuk pembangunan, untuk mengerti pembangunan, untuk mengetahui apa yang akan kita bangun.
Maka, hai anak-anakku sekalian, sejak daripada ini hari yang Pramuka dengan resmi bergerak di bumi Indonesia, aku minta supaya engkau benar-benar menjadi Gerakan Pramuka yang sehebat-hebatnya, menjadi pembantu daripada Pembangunan Indonesia. Aku minta kepadamu agar supaya jumlah Pramuka makin lama makin banyak. Sekarang ini kurang lebih setengah juta Pramuka. Kurang, jauh kurang setengah juta itu. Setengah juta jadikan satu juta, satu juta jadikan dua juta, dua juta jadikan tiga juta, tiga juta jadikan empat juta, empat juta jadikan lima juta, terus .................. Kata dalang-dalang seperti Adji Tjondrobirowo, makin lama makin banyak. Jikalau Gerakan Pramuka seperti mempunyai Adji Tjondrobirowo, bangsa Indonesia akan menjadi satu bangsa yang jaya.
Sekian. Saya do’akan Tuhan memberi berkah kepadamu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar