AMANAT PRESIDEN SUKARNO DI DEPAN PARA PRAMUKA
TANGGAL 14 AGUSTUS 1961
Gerakan Pramuka sebagai anak kandung revolusi yang menjadi milik seluruh Bangsa Indonesia dan yang mendapat tuga membangun manusia baru yang ber-Pancasila, pada tanggal 14 Agustus 1961 dengan resmi diperkenalkan kepada seluruh rakhat Indonesia secara simbolis, dengan “Pawai Perkenalan” di hadapan PYM Presiden/Pramuka Tertinggi di muka Istana Merdeka Jakarta dan dengan diikuti demonstrasi-demonstrasi kegiatan di Stadion Ikada (Lapangan Monas, sekarang) – Jakarta.
Pada peristiwa bersejarah itu PYM Presiden memberikan amanat kepada seluruh warga Gerakan Pramuka yang akan memikul tanggung jawab terlaksananya cita-cita bangsa Indonesia.
(Disadur oleh Rochman Setyawan dari buku Pedoman Gerakan Pramuka, PN.Pertjetakan Negara RI. Djkt.154.B-’63 hal 59 – 65, huruf disesuaikan dengan EYD; mohon maaf jika ada kesalahan ketikan.)
Anak-anakku
sekalian.
Sukar bagi saya untuk melukiskan terharunya hati saya,
terharu melihat kamu sekalian berdiri di hadapan saya sebagai “wakil-wakil”
daripada Gerakan Pramuka yang pada hari-hari sekeliling 17 Agustus 1961 ini
berada atau dikirim ke Jakarta. Saya katakan “wakil-wakil” sebab saya mengetahui
bahwa di luar Jakarta ini masih banyak sekali pemuda-pemudi Pramuka yang sudah
barang tentu semuanya bisa hadir di Jakarta pada hari-hari dekat 17 Agustus
1961 ini. Apa sebab saya terharu? Saya terharu oleh karena saya teringat pada
Amanat Penderitaan Rakyat.
Apa
itu, Amanat Penderitaan Rakyat? Amanat Penderitaan Rakyat adalah suatu amanat
yang diberikan oleh rakyat kepada kita yang masih hidup sekarang ini, yaitu
amanat agar supaya apa yang mereka deritakan hendaknya kita usahakan agar
supaya menjadi satu kenyataan. Saya katakan tadi: apa yang mereka deritakan,
sebab memang rakyat Indonesia itu di masa-masa yang lampau telah banyak sekali
menderita, banyak sekali mempersembahkan korbanan-korbanan yang hebat di atas
persada Ibu Pertiwi. Untuk apa? Tak lain tak bukan ialah mereka menderita dan
mereka memberi korbanan-korbanan itu, agar supaya mereka bisa hidup, pertama di
dalam satu Negara yang bebas dan merdeka, kedua agar supaya mereka hidup bahagia
di dalam negaranya sendiri yang bebas merdeka itu. Saya ulang: pertama dus merdeka telah menderita, menderita
dengan macam-macam penderitaan. Ada yang menderita dimasukkan dalam penjara,
ada yang menderita didrel mati, ada
yang menderita dibakar rumahnya sendiri di dalam peperangan gerilya, ada yang
menderita kehilangan anaknya atau suaminya, ada yang menderita harta-bendanya
habis. Ludes di dalam revolusi. Tetapi mereka menderita itu dengan satu
keyakinan yang teguh, bahwa nanti pada satu hari, apa yang mereka deritakan dan
apa yang mereka korbani itu akan menjadi satu kenyataan. Yaitu sebagai tadi
saya katakan, pertama agar supaya tanah airnya ini, bangsanya ini menjadi satu
tanah air dan bangsa yang merdeka, bebas, dihormati oleh seluruh manusia di
muka bumi; kedua, agar supaya mereka, rakyat Indonesia itu, hidup di dalam satu
masyarakat yang memberi kebahagiaan kepada mereka.
Di dalam istilah kita sekarang : satu masyarakat yang
adil dan makmur. Nah, ini anak-anakku sekalian yang membuat hati saya terharu,
oleh kita, jikalau kita memang benar-benar pada waktu sekarang ini merasa diri
kita ini pemuda dan pemudi Indonesia, dan bagi kami yang tua ini, merasa bahwa
diri kami itu adalah – diri kami, orang-orang tua – semuanya bertanggung jawab
atas terlaksananya amanat yang diberikan oleh rakyat kepada kita dengan
penderitaannya itu, jikalau benar-benar kita, baik pemuda-pemudi maupun
orang-orang tua merasakan dengan sedalam-dalamnya perasaan bahwa
pertanggungan-jawab adalah di dalam kalbu kita dan bahwa pertanggungan-jawab
itu adalah di atas pundak kita, maka Insya Allah S.W.T, apa yang dideritakan
oleh rakyat, apa yang dikorbankan oleh rakyat, yaitu amanat penderitaan rakyat
itu akan bisa menjadi suatu kenyataan di dalam waktu yang singkat. Karena apa
saya terharu ingat kepada amanat penderitaan rakyat, pada waktu saya berhadapan
dengan kamu sekalian? Saya terharu ingat kepada amanat penderitaan rakyat pada
waktu saya berhadapan dengan kamu sekalian, oleh karena di wajahmu-lah saya
melilhat hari kemudian Indonesia. Jikalau aku memandang akan wajahmu, maka
sebenarnya aku tidak lagi melihat muka kanak-kanak, muka manusia-manusia,
tetapi aku melihat wajah bangsa Indonesia di kemudian hari, wajah rakyat
Indonesia di kemudian hari, rakyat Indonesia yang hidup bahagia, rakyat
Indoensia yang tidak ada lagi yang kelaparan, rakyat Indonesia yang semuanya
cerdas, rakyat Indonesia yang ber-rumah layak, rakyat Indonesia yang merasa
berbahagia hidup di dalam tanah air Indonesia, rakyat Indonesia yang bisa
merasa bangga bahwa tanah airnya adalah tanah air yang merdeka, rakyat
Indonesia yang mempunyai Republik yang dihormati oleh seluruh bangsa-bangsa di
dunia ini, rakyat Indonesia yang mempunyai bendara Sang Merah-Putih yang bukan
saja dihoramti oleh dia sendiri, rakyat Indonesia, tetapi juga dihormati oleh
seluruh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Nah, ini yang terbayang di hadapan
khayal mataku, anak-anakku sekalian. Maka oleh karena itulah Bapak terharu
waktu Bapak melihat wajah-wajahmu.
Tinggal
aku sekarang menanya padamu sekalian, yang di wajahmu itu aku melihat hari
kemudian Indonesia, pemenuhan dari pada amanat penderitaan rakyat Indonesia
yang merdeka bebas, Indonesia yang bahagia. Aku bertanya kepadamu, sekali lagi
yang di atas wajahmulah aku melihat kebahagiaan di kemudian hari itu : Apakah
engkau sekalian merasa benar-benar bahwa engkau sekalian adalah hari kemudian
Indonesia? Bahwa engkau sekalian memikul tanggung jawab bagi hari kemudian,
bahwa engkau sekalian sebenarnya penyelenggara daripada Amanat Penderitaan
Rakyat? Saya kira kamu mempunyai keyakinan dan rasa yang demikian itu, sebab
kamu masuk di dalam Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka ini dengan sengaja
diadakan untuk menyelenggarakan amanat penderitaan rakyat, dan sebagai tadi
Bapak katakan anggota-anggota bapak-bapakmu, ibu-ibumu, yang menjadi
anggota-anggota Majelis Pimpinan Nasional daripada Gerakan Pramuka, sebagai
tadi saya katakan : Bangsa yang ingin membangun, bangsa yang ingin mempunyai
masyarakat yang adil dan makmur, bangsa yang ingin memberikan kebahagiaan
kepada dirinya sendiri, hanya bangsa yang mempersiapkan pemuda-pemudinya
mengikut-sertakan pemuda dan pemudinya di dalam pembangunan, bangsa yang
demikian itulah pasti akan mencapai apa yang dicita-citakan.
Engkau
sebagai pemuda-pemudi barangkali telah mendengar dan mengetahui, bahwa kita ini
sedang menjalankan satu perjuangan yang maha hebat, yang membangunkan kekaguman
daripada seluruh dunia, yang membuat mata dunia ditujukan kepada Indonesia,
yaitu perjuangan maha hebat di lapangan politik dan di lapangan sosial. Di
lapangan politik untuk memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan
Republik dan kita telah bertekad untuk memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah
kekuasaan Republik. Di dalam lapangan sosial untuk mendirikan satu masyarakat
adil dan makmur, atau di dalam istilah sekarang dinamakan sosialis Indonesia, Sosialisme Indonesia.
Satu masyarakat yang adil dan makmur, satu masyarakat yang memberi kebahagiaan
kepada semua anggota bangsa Indonesia. Satu masyarakat yang tiada kemiskinan di
dalamnya, satu masyarakat yang semua orang hidup dengan bisa memenuhi segala
kebutuhan hidup. Perjuangan yang maha hebat ini sedang kita jalankan. Tetapi,
sebagaimana juga perjuangan di lapangan politik : dulu membebaskan Indonesia
daripada cengkeraman asing, sekarang di hadapan kita masih membebaskan Irian
Barat daripada cengkeraman asing pula; manakala sebagaimana di lapangan politik
itu tidak bisa begitu saja jatuh dari langit sebagi air embun di waktu malam,
tetapi harus kita perjuangkan, harus kita perjuangkan dengan memeras kita punya
tenaga, memeras kita punya keringat; membajakan kita punya tekad di dalam kalbu
kita ini, perjuangan yang demikian itu harus kita jalankan, sebab tidak ada
satu bangsa yang bisa mencapai kemerdekaan tanpa perjuangan. Sebagaimana di
lapangan politik kita harus berjuang membanting tulang, memeras kita punya
tenaga, maka di lapangan sosial pun kita harus berjuang, membanting tulang,
memeras kita punya tenaga. Juga masyarakat yang adil dan makmur tidak jatuh
begitu saja dari langit seperti air embun di waktu malam. Teapi kita semua
harus bekerja, membanting kita punya tulang, memeras kita punya tenaga,
menyelenggarakan masyarakat yang adil dan makmur itu. Dan penyelenggaraan ini
tidak hanya bagian daripada Bung Karno atau Pak Sultan atau daripada
Bapak-bapak tua yang lain, daripada pemimpin-pemimpin di daerah, daripada
orang-orang yang sudah dewasa. Tidak ! sebagai tadi saya katakan, hanya bangsa
yang sudah mengikut-sertakan pemuda dan pemudinya, mempersiapkan pemuda-pemudi
untuk pembangunan, bangsa yang demikian itulah bisa mendatangkan satu
masyarakat yang adil dan makmur.
Nah, untuk itu diadakan Gerakan Pramuka, anak-anakku
sekalian. Untuk itu diadakan Gerakan Pramuka. Engkau dipersiapkan untuk
pembangunan semesta yang sehebat-hebatnya. Engkau dipersiapkan menjadi
warga-negara Republik Indonesia yang setinggi-tingginya, nilai dan mutu. Karena
itu engkau sebagai anggota Pramuka harus benar-benar merasa tanggung jawab itu.
Tadi aku beri panji kepada Gerakan Pramuka. Namanya saja lambang Kehormatan.
Sudahkah engkau menerima panji ini sebagai
Lambang Kehormatan? Bukan sekedar secarik kain dicoret-coret di atasnya,
tetapi Lambang Kehormatan! Sehingga engkau jikalau ada orang menanya kepadamu :
Hai engkau pemuda apa, hai engkau pemuda apa; jawablah : Aku pemuda-pemudi
Pramuka, adalah satu jawab kehormatan, barulah engkau benar-benar mempunya jiwa
Pramuka yang semulia-mulianya.
Yang
kecil-kecil di antara kau, di antara kau yang masih kecil, sekolahlah,
belajarlah sebaik-baiknya, menjadilah murid-murid yang cakap dan pandai.
Yang lebih besar; persiapkan dirimu untuk mengetahui
segala garis-garis besar daripada pembangunan. Yang paling besar pula, antara
17 dan 20 tahun, di bidangmu sendiri-sendiri, ikutlah di dalam pembangunan ini!
Itu corak daripada Gerakan Pramuka. Engkau bukan lagi Pandu biasa. Engkau
adalah Pramuka. Jaman dahulu, jikalau menjadi pandu, jadilah asal bisa
berbaris, jaman dahulu menjadi pandu ya asal bisa mengikat tali. Jaman dahulu
pandu asal bisa membuat api unggun. Jaman dahulu jadi pandu asal bisa yell.
Sekarang lebih daripada itu, hai anak-anakku sekalian. Engkau sebagai Pramuka
dipersiapkan untuk pembangunan, untuk mengerti pembangunan, untuk mengetahui
apa yang akan kita bangun.
Maka,
hai anak-anakku sekalian, sejak daripada ini hari yang Pramuka dengan resmi
bergerak di bumi Indonesia, aku minta supaya engkau benar-benar menjadi Gerakan
Pramuka yang sehebat-hebatnya, menjadi pembantu daripada Pembangunan Indonesia.
Aku minta kepadamu agar supaya jumlah Pramuka makin lama makin banyak. Sekarang
ini kurang lebih setengah juta Pramuka. Kurang, jauh kurang setengah juta itu.
Setengah juta jadikan satu juta, satu juta jadikan dua juta, dua juta jadikan
tiga juta, tiga juta jadikan empat juta, empat juta jadikan lima juta, terus
.................. Kata dalang-dalang seperti Adji Tjondrobirowo, makin lama
makin banyak. Jikalau Gerakan Pramuka seperti mempunyai Adji Tjondrobirowo,
bangsa Indonesia akan menjadi satu bangsa yang jaya.
Sekian.
Saya do’akan Tuhan memberi berkah kepadamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar